Magelang, benar-benar memukau dengan berjuta pesonanya. Memiliki sebuah destinasi wisata yang sangat unik nan asik, dimana disana kita dapat menikmati jajanan dan juga mendengarkan kajian.
Yak, pasar tiban pahingan terletak di kawasan alun-alun Magelang. Setiap “selapan dino” atau 35 hari sekali banyak warga atau masyarakat Kota Magelang berduyun-duyun menjajakan dagangannya kepada pengunjung yang datang. Pengunjung berasal dari Kota Magelang dan juga Kabupaten Magelang, bahkan ada yang berasal dari Jogja.
Pengunjung dapat menikmati alun-alun Magelang di pagi hari sembari menikmati kajian yang ada di Masjid Agung Magelang dan mengisi perut “makan” dengan jajanan tradisional. Sungguh aset yang sangat berharga sekali, destinasi wisata rohani, kuliner dan panorama dapat menjadi satu nan apik.
Banyak seniman, budayawan, dan pemerhati heritage, benar-benar peduli dalam menyelamatkan akar budaya kota Magelang ini. Yang perlu diketahui, bahwasanya pasar tiban ini sudah ada sejak tahun 1958. Umur yang cukup tua sekali dan pastinya sudah sangat melegenda dikalangan masyarakat Kota Magelang.
Berita buruknya, pasar tiban ini menurut kebijakan Kepala Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Pemkot Magelang Joko Budiyono soal penataan pedagang kaki lima. Melalui surat bernomor 511.3/371/260 tertanggal 9 Mei, Pedagang Paingan masih diizinkan melakukan usahanya hingga Minggu Pahing 22 Mei lalu.
Jadi, jika benar-benar diberlakukan kebijakan tersebut dapat menghilangkan salah satu ikonik Kota Magelang, kegiatan rohani yang sudah melegenda sejak lama tidak dapat diteruskan atau dinikmati oleh anak-cucu, mungkin hanya akan menjadi sebuah dongengan ketika anak mau tidur bahwasanya “dulu ada pasar tiban pahingan“.
Namun, jika ANDA tergerak hatinya ingin ikut andil dalam penyelamatan “Pasar Tiban Pahingan” ini dapat ikut menandatangani petisi pada link ini !
#MAGELANG+GEMILANG+DEGAN+BERJUTA+PESONANYA
